Minggu, 18 September 2011

MAHALNYA SEBUAH KEJUJURAN: REFLEKSI ATAS KASUS MENCONTEK MASAL

BLOG RESIMEN STAIN BATUSANGKAR
MUHAMMAD YAZAR ZEEN TANJUNG

MAHALNYA SEBUAH KEJUJURAN: REFLEKSI ATAS KASUS MENCONTEK MASAL

Orang yang benar temannya sedikit,
orang yang tidak benar temannya banyak
 -Tukul Arwana -
Pepatah itu di sampaikan oleh salah satu comedian dan seorang host dalam acara Bukan Empat Mata.
Sebentar saya  tertegun dengan pepatah yang di sampaikan oleh Tukul, saat saya melihat kenyataan bahwa kejujuran menjadi sangat mahal di negeri ini. Betapa tidak,mencuatnya kasus mencontek masal yang terjadi di salah satu Sekolah Dasar di Jawa Timur yang di laporkan oleh orang tua siswa. Dia harus mengungsi ke rumah salah satu kerabatnya di Gresik Jawa timur, karena takut denggan warga sekitar yang tidak setuju atas kejujurannya tersebut. Sepertinya masayarakat kita sudah sakit jiwanya dan tindakan orang tua wali murid yang telah mendemo kejujuran sangat melukai hati anak-anak bangsa. Kejadian singkatnya seperti ini, salah satu orang tua siswa merasa tidak terima karena anaknya harus memberikan jawaban kepada teman-temannya satu kelas, bahkan jauh hari sebelum Ujian Nasional telah di lakukan simulasi pendistribusian jawaban kepada teman-temannya. Kemudian orang tua siswa tersebut melaporkan kepada instansi yang berwenang, dan hasilnya kejujuran berbuah tidak menyenangkan, ironis memang…
 Apakah tujuan pendidikan untuk mencapai hasil Ujian Nasional dengan nilai yang tinggi saja, yang berkorelasi dengan prosenstase kelulusan, dan barang tentu akan meningkatkan kepercayaan masyarakat pada sekolah tersebut dengan pencitraan kelulusan 100%nya?
Kenapa Lembaga sekolah masih memiliki pemahaman yang sempit? Ataukah arah tujuan pendidikan kita di pahami dengan keliru oleh oknum-oknum pendidik ini, ataukah pemahaman masyarakat hanya sekerdil itu?
Saya sebenarnya prihatin kalau pola pikir masyarkat kita hanya berpikir bahwa siswa yang pandai adalah siswa yang memiliki nilai kognitif dengan mengabaikan afektif dan psikomotor.  Sekolah secara tidak langsung telah melakukan pembodohan terhadap anak-anak siswa SD dan mengajari mereka dengan hal-hal yang tidak jujur, tidak baik, tidak terpuji yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai agama yang juga di ajarkan di sekolah.
Bahaya yang lebih jauh adalah mereka (anak-anak) bisa menjadi generasi yang tidak jujur, tidak percaya diri dan khatirnya mengedepankan sikap tidak terpuji dalam mencapai tujuan, hal itu bisa saja terjadi karena kesan yang mendalam yang telah mereka terima di Sekolah Dasar.
Kekhawatiran saya lagi, jangan-jangan praktek-praktek seperti itu sudah sering di lakukan oleh lembaga-lembaga sekolah di negeri kita ini. Kejadian di Jawa Timur hanya sedikit gunung Es yang muncul di permukaan laut.  Mudah-mudahan kekhawatiran saya ini tidak terbukti, dan kepada para pendidik dan orang tua dan seluruh masyarakat pembaca untuk tetap mengedepankan kejujuran, penanaman nilai-nilai kebajikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga anak-anak kita memiliki prilakubaik  yang ideal, memiliki integritas, semangat, kemampuan dan ketrampilan dan menempuh jalan yang benar untuk mencapai tujuan hidupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar